MENGGAPAI DEMOKRASI YANG SEHAT DAN BERMATABAT

 


Oleh : H. Winardi Sethiono, SE 

Ketua DPD Nasdem Kota Banjarmasin

Banjarmasin.kabar Borneo rayacom

Persepsi masyarakat terhadap dunia politik memang beraneka ragam. Warga masyarakat berharap dunia politik dapat memandu masyarakat agar lebih pintar dan cerdas di dalam menyimak berbagai skenerio politik sehingga munculnya pentas politik itu dapat dijadikan edukasi politik yang sehat dan bermartabat bukan sebagai pentas pembelajaran yang membuat masyarakat menjadi ragu untuk ikut memeriahkan pesta demokrasi bahkan menjauhi urusan politik 

Hubungan antara budaya politik dan demokratisasi sangat erat. Budaya politik bagian yang dianggap penting di dalam perkembangan demokrasi. Demokratisasi tidak berjalan optimal apabila tidak ditunjang oleh terbangunnya budaya politik yang sehat dan bermartabat sesuai dengan prinsip-prinsip demokrasi. Dan intisari demokrasi adalah warga negara mempunyai hak untuk berpendapat dan menyalurkan pikiran untuk dituangkan dalam bentuk aspirasi dan aspirasi tersebut dapat dusalurkan melalui perwakilan—dalam perumusan, pengembangan, dan pembuatan hukum.

Belum optimalnya fungsi dalam sistem politik  baik dari sisi input, proses maupun output, tentunya kurang optimal untuk menjaring dan menyaring pemimpin lokal, daerah dan nasional baik legislatif, eksekutif maupun yudikatif yang jujur, kredibel, akuntabel, visioner, dan  negarawan. Demokrasi yang sehat dan bermatabat adalah diperoleh dari asupan kejujuran , kecerdasan dari para aktor politik yang ikut berlaga di kompetisi kekuasaan politik tidak disisipi money politik. Karena budaya tidak sehat tersebut akan merusak edukasi demokrasi yang sehat dan bermatabat

Karena tujuan pesta demokrasi pada saat pemilu adalah untuk menyeleksi para pemimpin pemerintahan baik eskekutif maupun legislatif. Serta bertujuan untuk membentuk pemerintahan yang demokratis, kuat dan memperoleh dukungan rakyat dalam rangka mewujudkan tujuan nasional sesuai UUD 1945.

Sehingga dengan adanya pesta demokrasi pada pemilu dapat memberikan pendidikan politik kepada masyarakat dan dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat , serta dapat memaksimalkan partisipasi aktif masyarakat dalam berpolitik, bukan sebagai praktek pembodohan atau mengakal -akali rakyat 

Justru itu mendekati awal pesta demokrasi tahun 2024, diharapkan semua pihak lebih selektif di dalam pengadopsian setiap fenomena yang berkembang, dan diharapkan subjektif pelaku politik dan masyarakat harus cerdas dan pintar di dalam memproyeksikan dukungan dan pilihannya di dalam pilkada nanti agar menghasilkan caleg dan pemimpin yang berkualitas dan amanah bukan menjadikan kemenangan di dalam kompetisi sebagai ajang balas jasa, balas dendam terhadap lawan politik***(TIM)

Posting Komentar

0 Komentar