Oleh : H. Dudung A. Sani, SH. M. Ag
Pembina. LBH patriot muda Borneo
Banjarmasin Kabar Borneo raya.com
Khadijah dilahirkan di keluarga yang terhormat, berbudi pekerti luhur, dan ayahnya merupakan seorang pedagang sukses. Tidak hanya memiliki paras menawan, wanita ini tumbuh dengan kepribadian yang cerdas, tekun, dan penyayang. Tidak heran jika Khadijah dijuluki sebagai “Perempuan Suci” oleh bangsa Quraisy.
Ummi Khadijah sendiri dikenal dengan sifat luhurnya. Tak hanya cantik, ia juga berasal dari keturunan yang baik dan sebagai motivasi bagi Rasulullah SAW di dalam segala hal . Dan sebagai isteri ummi Khadijah lebih mengedepankan pelayanann terhadap suami, dan beliau penuh kasih sayang terhadap Rasulullah SAW, hingga Rasulullah pun sangat mencintainya.
Gambaran kehidupan Rasulullah dengsn Ummi Khadijah tersebut , yang harus menjadi suri tauladsn bagi umatnya Dan cinta kasih beliau tidsk pernah berubah, baik dalam keadaan hidup susah dan senang. Harmonisasi yang beliau ciptakan dilandasi dengan ajaran agama islam sehingga is rukun dan damai, hingga sampai masa akhir hayatnya, Dan Rasulullah SAW pun selalu terkenang dengan pengabdian dan kebaikan Ummi Khadijah yang tulus dan ikhlas mendampingi beliau semasa hidipmya.
Sebagai umat Nabi Muhammad SaW hendaknya kita jadikan contoh di dalam kehidupan berumah tangga. Keharmonisan tidak berubah walaupun keadaan ekonomi rumah tangga mulai menipis tidak seperti sebelumnya. Keharmonisan suami isteri itu harus diciptakan atas dasar kebersamasn meskioun sudah lanjut usia yang terpenting ibadah kepada Allah tetap dilakssnakan dengan baik, berdoa, berusaha dan berikhtiar dalam kondisi keharmonisan akan menjadi motivasi kesabaran di dalam hidup. Dan yakinlah Allah tidak akan menyengsarakan bagi mereka yang senantiasa bertakwa.
Maka dari itu di dalam perjalanan hidup para sufistik mereka tersenyum ketika menerima musibah dan bersyukur ketika menerima kebahagiaan dari Tuhannya
Bagi para sufi antara kesengsaraan dan kebahagiaan adalah petunjuk
hidup bagi dirinya yang mereka ittibarkan sebagaimana menahan rasa haus dan lapar pada edukasi bulan Ramadhan menuju puncak la haula wala quwata illa billah
Safari para sufistik di dalam kehidupan mengedepankan berbuat baik bagi diri sendiri (takwa) berbuat baik terhadap orang lain adalah ibadah (sedekah)
Sedekah dalam artian edukasi agama adalah membantu orang lain dalam kemamfaat hidup baik secara material dan inmateril, maka dari itu para sufistik mengitibarkan menahan dahaga adalah tidak mengeluarkan kalimat yang tidak bermamfaat sedangkan menahan lapar adalah tidak melakukan perbuatan yang menyakitkan terhadap orang lain di dalam syarat sahnya puasa tidak berkata bohong dan tidak mengeluarkan perkataan yang mengandung syahwat ruhani dan jasmani seperti ujub, sum'ah dan riya
By. H. Dudung A. Sani, SH. M. Ag
0 Komentar