Oleh : Muhammad Mahdiannoor
Wartawan : Mediapublik dan Kabar Borneo raya.com
Sesungguhnya tidak terlalu penting siapa pemenang debat publik yang ke III Calon Presiden pada hari Minggu, 7 Januari 2024, termasuk debat publik tayangan sebelumnya. Karena yang penting bagi rakyat adalah menilai sendiri tampilan dari Calon Presiden yang lebih pantas untuk memimpin Indonesia lima tahun ke depan dalam kondisi yang rusak parah seperti sekarang.
Dari paparan materi yang meliputi masalah pertahanan, keamanan, geopolitik dan hubungan luar negeri Indonesia mendatang, patut mengacu pada apa yang sudah dilakukan pemerintah Indonesia sebelumnya untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas dari semua bidang tersebut agar dapat lebih baik dan lebih memberi banyak nilai tambah bagi bangsa Indonesia, sehingga dapat miliki kemampuan untuk lebih banyak berbuat bagi warga bangsa di dunia, sehingga nama baik bangsa dan negara Indonesia dapat lebih dipandang dan diperhitungkan dalam pergaulan antar bangsa di dunia.
Paparan wawasan dalam menjawab berbagai macam pertanyaan, baik yang disampaikan oleh moderator maupun sesama Capres, akan menjadi bahan penilaian bagi publik, khususnya rakyat yang akan memberikan suara pilihan dan dukungannya kepada Calon Presiden Indonesia pada Pemilu 2024 yang akan segera berlangsung pada 14 Februari 2024.
Bekal yang dapat dijadikan bahan pertimbangan menentukan pilihan terhadap Calon Presiden Indonesia untuk tahun 2024-2029 ini, tentu saja akan disertai juga dengan penilaian tampilan, kecakapan menyampaikan jawaban, termasuk kemampuan bertanya serta etika dan nada yang tidak sumbang, akan ikut menjadi bahan pertimbangan yang akan memantapkan pilihan, karena bisa saja sebelumnya para pemilih -- yang memiliki hak suara dalam Pemilu itu nanti -- sebelumnya telah menentukan pilihannya yang terbaik dan dianggap paling ideal untuk memimpin Indonesia di pada lima tahun ke depan.
Retorika yang lebih bersifat upaya mengelak atau pun mengalihkan dari topik bahasan yang seharusnya dijawab dari pertanyaan yang diajukan, pasti dapat dipahami juga oleh pemirsa di rumah yang ikut menyimak secara seksama debat publik itu. Tentu saja retorika yang tidak bermutu ini akan menjadi bagian penilaian bagi warga masyarakat untuk memantapkan pilihan terhadap Calon Presiden secara obyektif dan rasional. Sebab nilai kejujuran dan intelektual calon kandidat Presiden itu sangat diharap sesempurna mungkin, karena kelak harus dan wajib melayani seluruh warga bangsa Indonesia dengan jujur dan ikhlas. Sehingga hasrat untuk ikut dalam kontestasi pemilihan Presiden Indonesia dapat lebih meyakinkan bukan demi dan untuk kekuasaan.
Tampilan di depan publik dengan segenap kemampuan dan pengalaman serta pengalaman sang kandidat, jelas akan menentukan pilihan sikap serta pemberian dukungan secara jujur dan ikhlas pula dari warga masyarakat Indonesia, terutama dari mereka yang memiliki hak pilih dan akan memberikan suara dukungan kelak di bilik tempat pemilihan suara yang harus pula dikawal bersama secara ketat.
Karena itu, debat publik yang terpenting adalah harus mampu memberi perspektif yang sehat kepada rakyat untuk menentukan pemimpin bangsa ini di masa depan. Dan dari berbagai putaran acara debat maupun pengamatan langsung di lapangan, rakyat dapat memiliki pijakan penilaian yang mantap -- tiada ragu-- untuk menentukan sosok Presiden Indonesia mendatang.
Jadi, tidak penting bagi rakyat yang akan menentukan atau memantapkan pilihannya untuk memberikan dukungan kepada Calon Presiden yang terbaik bagi Indonesia berikutnya, hingga kapabilitas Calon Presiden Indonesia tidak memalukan bagi bangsa dan negara Indonesia yang mampu membawa Indonesia tampil dan berperan didalam pergaulan bangsa-bangsa di dunia. Bukan jago kandang.
Agaknya, itulah yang dapat dipahami dari dan pesan kesepakatan bangsa Indonesia yang tertuang dalam mukadimah UUD 1945 yang gigih hendak dikembalikan oleh rakyat kepada bentuknya yang asli. Sehingga bangsa dan negara Indonesia bisa lebih berharap mampu menikmati kedaulatan secara politik, kemandirian dalam bidang ekonomi serta berkepribadian penuh dalam budaya dengan tetap menjunjung tinggi etika, moral dan akhlak mulia manusia.,*(MHD)
0 Komentar