Oleh : Muhammad Mahdiannoor
Redaktur : Koran Mediapublik dan Kabarborneoraya.com
Pemilu 2024 sebagai ekspresi dari pesta rakyat, menjadi momentum untuk menguji kemerdekaan dan kedaulatan yang dimiliki rakyat. Karena itu rakyat, kemenangan Calon Presiden, Anggota Dewan maupun semua Kepala Daerah yang hendak dipilih adalah sosok terbaik yang diyakini oleh rakyat. Maka itu, Pemilu, Pilkada maupun Pileg yang memang seharusnya adalah rakyat, karena telah menentukan pilihan terbaik untuk menentukan baik atau buruknya masa depan rakyat yang akan ditentukan oleh kebijakan serta program kerja yang mereka wujudkan kemudian, harus dan wajib demi dan untuk rakyat.
Oleh sebab itu dalam pemilihan Presiden, Kepala Daerah maupun wakil rakyat di parlemen, rakyat harus bebas dan jujur menentukan pilihan terbaiknya, meski terus digelontor dan disergap oleh sembako maupun uang politik yang ditebar secara liar dan terbuka.
Teror sembako dan money politik itu tidak perlu mengubah pilihan hati yang jujur demi dan untuk masa depan kita lima tahun ke depan. Setidaknya, belajar dari pengalaman Pemilu, Pileg maupun Pilkada yang sudah-sudah, maka untuk mereka yang telah ingkar janji atau bahkan berkhianat kepada rakyat, tidak lagi parlu digubris, tidak lagi patut dipilih serta diunggulkan menjadi pilihan. Demikian juga dengan wajah baru yang cukup diyakini punya watak dan perilaku sama dengan keculasan mereka yang dahulu itu, harus dan wajib dikesampingkan. Sebab pilihan kita terhadap sosok pemimpin atau pejabat publik yang akan sangat menentukan masa depan kita selama lima tahun akan ada dalam kebijakan dan keputusan yang mereka lakukan.
Maka itu, rakyat yang cerdas bisa saja menerima beragam bentuk bingkisan yang mereka gelontorkan untuk rakyat, tetapi ketetapan dan keteguhan hati kita terhadap pilihan sosok terbaik tetap tidak akan pernah berubah. Agaknya, demikianlah sikap terbaik sebagai rakyat yang merdeka dan berdaulat, tidak akan tergoda apalagi hendak digoyahkan dari pilihan terbaik yang telah kita tentukan sebelumnya.
Atas dasar keyakinan itulah, pemberian sembako dan politik uang tidak perlu dirisaukan. Bisa saja diterima sebagai bagian dari upaya mendinginkan suasana, agar tidak perlu terjadi ketegangan atau pergesekan yang bisa membuat kita pun sebagai rakyat menjadi tidak nyaman terus sembako dan money politic yang cukup menggambarkan sikap kesadisan mereka untuk mendapat dukungan agar bisa memperoleh kemenangan.
Perlawanan budaya semacam itu yang bisa dilakukan oleh rakyat, perlu dihadapi sebagai bagian dari pengujian keyakinan dan keteguhan sikap kita sebagai rakyat yang berdaulat serta mendambakan hidup yang merdeka sebagai warga negara dan warga bangsa yang teguh dan tegar menjaga jadi diri sebagai manusia yang bermartabat.
Jadi gula, kopi dan minyak sayur serta segepok duit sekalipun yang mereka bagikan itu, tidak pernah akan menggoyahkan pilihan kita dalam bersikap untuk menentukan pemimpin ideal yang kita inginkan untuk membimbing dan membangun masa depan kita bersama guna kebaikan dan kemajuan bangsa dan negara kita di masa mendatang.
Sejatinya mereka yang mengelontorkan sembako dan money politik itu, menjadi bukti bahwa mereka tetap memposisikan kita sebagai rakyat tidak lebih dari subyek, bukan obyek yang paling patut untuk menentukan masa depan bangsa dan negara kita. Sebab mereka sebagai pejabat negara tidak lebih dari sekedar pelayan yang patut dan harus memenuhi aspirasi dan kehendak rakyat. Karena itu, sikap semena-mena dan arogan sebagai pengelola negara ini, merupakan cermin nyata bahwa mereka masih memposisikan diri sebagai penguasa yang selalu dipahami boleh semena-mena terhadap rakyat.
Pada momentum Pemilu, Pilkada dan Pileg yang akan kita lakukan kemudian, kesadaran dan pemahaman terhadap daulat rakyat yang akan memberikan mandat kepada mereka untuk mengelola negara dan kehidupan berbangsa yang lebih baik dan lebih beradab, telah menjadi kesadaran dan pemahaman kita -- rakyat -- sebagai pemilik sah negeri ini. Dan kita percaya, pilihan terbaik yang dilakukan rakyat pasti menang. Bila tidak, maka kecurangan telah mereka lakukan.
Itulah sebabnya, perlawanan budaya harus dilakukan rakyat secara bersama. Sebab untuk membangun peradaban di negeri ini tidak bisa dilakukan sendiri. Dan rakyat -- sekali lagi -- pasti menang. Karena suara rakyat bukan cuma suara Tahun, tetapi rakyat akan mendapat restu serta kekuatan dari Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang bagi umatnya..(kbr)
Editor : Mahdi
0 Komentar