Kabarborneoraya.com : Banjarmasin
Ada orang yang suka tersorot kamera, ada juga yang memilih tidak tersorot kamera. Aku menilai, kamu tergolong yang tidak suka tersorot kamera. Padahal keberadaanmu sangat penting, sangat dibutuhkan, tidak jarang menjadi tulang punggung dan faktor kunci banyak kegiatan.
Kalau diibaratkan permainan bola, kamu bertugas di tengah, membagi bola ke kiri, ke kanan, dan mengoper tanpa ragu ke depan, bersamaan itu menjaga agar pertahanan jangan sampai bobol. Gerakanmu lincah, bahasa anak muda sekarang sat-set. Bisa bergerak ke depan dengan berani, dan bebas leluasa menjelajah ke bawah. Tidak banyak bicara, tidak suka mencari alasan atau berdalih ini dan itu, segalanya kamu lakukan dengan penuh dedikasi.
Pergaulanmu luas, lintas usia, lintas budaya, lintas agama, bahkan lintas profesi dan status sosial. Pejabat teman karibmu, buruh kasar di pasar lima juga teman akrabmu. Soal pergaulan dengan segala strata, kamu paling jagau - elegan, tidak menjilat ke atas dan tidak bakoyo dengan yang di bawah.
Setiap pekerjaan yang diserahkan kepadamu, pasti beres, entah dengan cara apa dan bagaimana menyelesaikannya, yang pasti selesai sesuai target. Dengan komitmen yang begitu tinggi tersebut, akhirnya banyak yang meminta tolong kepadamu, meminta menjadi bagian, menjadi tim, terlibat dalam berbagai organisasi, perkumpulan, paguyuban, kelompok, forum, asosiasi, dan lain sebagainya.
Aku mengenalmu sebagai pekerja sosial kemasyarakatan sejak awal 90’an, menjadi bagian dari lahir dan bertumbuhnya beberapa organisasi masyarakat sipil di Kalimantan Selatan. Setidaknya sejak ‘92 kamu bergabung dengan Bang Yuherli membidani Karang Taruna kota Banjarmasin. Bahkan rumah keduamu adalah sekretariat Karang Taruna. Segala hal pekerjaan di sekretariat itu, kamu kerjakan dengan tuntas.
Setelah di Karang Taruna, kamu bergabung dengan PKBI Kalimantan Selatan bersama Mas Muhaimin, yang juga dikenal sebagai sosok sederhana. Di PKBI tersebut kamu menyelenggarakan berbagai hal, terutama terkait penyuluhan keluarga berencana yang menjadi fokus PKBI. Cukup lama di PKBI, sampai kemudian tahun 2003 kita bersama-sama menjadi penyelenggara Pemilu, Pilpres dan Pilkada. Kamu terpilih sebagai ketua PPK, penyelenggara di tingkat kecamatan yang bertugas mengorganisir beberapa kelurahan. Rasanya, setelah Pemilu 2004, jabatan ketua PPK untuk pemilu berikutnya selalu diserahkan kepadamu, karena dedikasimu yang sangat tinggi.
Kamu juga aktif di JPKP Kalimantan Selatan, satu lembaga yang menyoroti pelayanan publik dan pemerintahan. Juga aktif di ORARI, aktif di Forum RT dan RW se Kota Banjarmasin, bahkan menjadi anggota dewan kelurahan. Menjadi pengurus FKP RRI Banjarmasin dengan rutin menyampaikan pendapat, opini dan kritik melalui Pro1 RRI. Sesekali kamu juga bersedia menjadi narasumber dialog budaya Bacangkurah, Pro4 RRI Banjarmasin.
Kamu bahkan menjadi pengurus APINDO Kalimantan Selatan, dan Forum Ambin Demokrasi. Dua lembaga terakhir ini membuatmu ikut terlibat dalam berbagai tema diskusi menarik, merespon perkembangan politik, demokrasi, ekonomi dan tata kelola pemerintahan. Dalam setiap kali diskusi, pendapat dan saran kamu sampaikan dengan lugas namun santun.
Dengan sederet organisasi yang engkau geluti, tidak ada yang meragukan bahwa engkau sangat aktif di tengah masyarakat. Bahkan tanpa jabatan-jabatan di organisasi tersebut pun, keseharian kamu memang menjadi pegiat dan aktivis di tengah masyarakat, suka membantu orang lain, menjadi sosok yang ringan tangan, bersedia menolong siapa pun yang membutuhkan. Membantu orang lain adalah gaya keseharianmu. Tidak peduli apakah ada imbalannya atau tidak, yang pasti selalu ringan tangan membantu orang lain. Membantu tanpa syarat dan tanpa berharap dapat imbalan.
Hari ini, Jumat 28 Maret 2025, pagi setelah sahur dan azan subuh, mendadak kamu pulang untuk selamanya. Pulang dengan sangat sederhana, tidak merepotkan siapapun, termasuk kedua anak belahan jiwamu.
Jiwamu yang penolong, sepertinya tidak menghendaki untuk merepotkan siapapun. Tidak merepotkan kawan-kawanmu yang sangat banyak. Cara meninggalmu sederhana, hanya “menyamak”, satu gejala angin duduk yang tidak asing bagimu, dan biasa diselesaikan dengan cara mencabutnya melalui selembar sirih atau daun sirsak.
Kali ini ketika daun tersebut dioleskan, bahkan ketika beberapa bagian tubuh dipijat dengan kuat, kamu menyatakan tidak berasa. Hal yang kamu sangka angin tersebut tidak bisa ditepis dengan dauh sirih atau daun sirsak, dan kamu melewatinya dengan tenang, sampai kedua matamu tertutup selamanya.
Selamat jalan kawan, kami semua kawan-kawanmu yang sangat banyak ini pasti menyusulmu. Aku bersaksi, kamu orang baik, semoga segala kebaikanmu menjadi amal ibadah di sisi Nya, dan dikumpulkan bersama orang-orang yang dimuliakan Allah. Aamiin. (nm)
0 Komentar